I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah
dapat ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam
kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi
makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
yang hidup di atasnya. Secara fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial. Dan
secara biologi tanah berfungsi sebagai habitat organisme tanah yang turut
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman.
Tanah
merupakan bagian dari lapisan permukaan bumi. Pembentukan tanah berasal dari
proses pelapukan yaitu proses pemecahan atau penghancuran. Pelapukan tersebut berasal dari batuan induk menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh mikroorganisme. Pelapukan bahan induk
dipengaruhi oleh faktor iklim terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh
aktivitas organisme hidup (termasuk vegetasi, mikroba, organisme tanah dan
manusia), pada suatu topografi atau relief dalam jangka waktu tertentu. Karena
adanya faktor-faktor tersebut, maka tanah suatu tempat pasti berbeda dengan
tempat lainnya. Perbedaan tersebut ada pada ciri-ciri morfologi tanah
baik itu dari warna, tekstur, struktur, hingga menyangkut masalah unsur-unsur
pembentukannya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka maka dapat diketahui
profil tanah yang merupakan petunjuk dari proses-proses yang dialami oleh suatu
tanah selama pelapukan dan perkembangannya. Perbedaan intensitas faktor-faktor
pembentuk tanah dapat digunakan untuk menentukan suatu jenis tanah.
Berdasarkan
uraian di atas, maka kita perlu melakukan praktikum pengamatan profil tanah,
agar kita mengetahui dan mengenal tanah lebih lanjut mengenai sifat fisik,
kimia dan biologik tanah. Sehingga kita dapat lebih memahami keadaan tanah pada
suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai lahan pertanian yang baik.
1.2. Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan diadakannya pengamatan profil tanah ini
adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik, biologi, dan kimia dari tanah serta
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Adapun
kegunaan dari pengamatan profil tanah ini yaitu sebagai
bahan informasi untuk mahasiswa tentang profil tanah, dan mengetahui
karakteristik suatu jenis tanah dengan melihat ciri-ciri tanah di lapangan.
Juga sebagai bahan perbandingan pembelajaran
diperkuliahan dengan praktek di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil tanah adalah
penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk
dalam tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan
mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara
fisik maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam
tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara,
dan air tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah
yang dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian
(Pasaribu, 2007).
Profil
tanah terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang
masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah
atas dan horison E-B disebut lapisan tanah bawah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).
Huruf
kapital O, A, E, B, C, R merupakan simbol-simbol untuk horizon utama dan
lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini merupakan simbol dasar, yang dapat
diberi tambahan karakter-karakter lain untuk melengkapi penamaan horizon dan
lapisan (Anonim1, 2012).
|
Keterangan :
A
: Horizon Organik
O
: Horizon pencampuran bahan organic
terhumifikasi dengan bahan mineral
E
: Horizon pencucian (eluviasi)
B
: Horizon penumpukan (iluviasi)
C
: Bahan induk
R : Batuan induk
Horizon
O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian besar horizon O
tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau sebagian telah
terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada
di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
Horizon
A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah
suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian
besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat berikut
yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat intensif
dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan
karakteristik horizon E atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat dari
pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang
serupa.
Horizon
E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya adalah kehilangan liat
silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut,
meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu. Horizon ini
memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari struktur batuan
aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam sequm tanah sama
, oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih rendah,
atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari
sifat-sifat tersebut.
Horizon
B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau O.
horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar
sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat
seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa
besi, senyawa alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara
mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau
penambahan senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu.
Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai
value warna lebih rendah, chrome lebih tinggi atau hue lebih
merah tanpa proses iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.
Horizon
C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan
tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik, serta tidak
memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar merupakan
lapisan-lapisan mineral. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami
perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
Horizon R adalah batuan dasar
tersementasi kuat sampai mengeras.Granit, basalt, kuarsit, batugamping, dan
batupasir adalah contoh batuan dasar yang diberi symbol dengan huruf R. Lapisan
R cukup kompak jika lembab sehingga cukup sulit di gali dengan sekop walaupun
lapisan tersebut dapat pecah berkeping-keping.
2.2
Sifat Fisik Tanah
A. Warna tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah
dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan
campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau
persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam,coklat, karat, abu-abu,
kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna
tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya.
Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart
sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar
atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson
dan Troen, 1978).
Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu
dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya,
tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral
serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi (Anonim2, 2012).
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh
kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara
praktis persentase bahan organik di dala m tanah diestimasi
berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna
kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi
oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari
warna-warna di atas (Anonim2, 2012).
B. Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen
(%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan
plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas
tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1982). Tekstur dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatanm infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan
mengikat air (Kartosapoetra, 1988). Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa
di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung
partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi,
sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar (Anonim2, 2012).
Tanah disusun dari butir-butir tanah
dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm
disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir
tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus
tanah dibedakan menjadi:
1) Pasir: butir
tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2) Debu: butir
tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3) Liat: butir
tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan
daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan
laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung
tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan
tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode,
yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut
ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et
al, 1982).
C.
Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya
yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara
alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh terkstur
dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan
jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.
bentuk lempung
b.
bentuk prisma
c.
bentuk gumpal
d.
bentuk spheroidel atau bulat
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam
kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan
pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana
aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu
menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi
produksi pertanian (Hakim et al, 1982).
D.
Kadar air
Menurut Hakim et al (1982), metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan
jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering.
Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering
bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim
dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga
berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya
terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh
meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta
tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan
air tanaman (Hanafiah, 2005).
E.
Bulk Density (kerapatan
isi)
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan
dalam g/cc (Hakim et al, 1982). Menurut Hardjowigeno (1985), bulk density dapat
digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah
tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering
digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang
dicelupkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air
untuk mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi. Ditambahkan bahwa
nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat (Hanafiah, 2005).
F.
Ruang pori total
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh
udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas.
Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air
sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan
jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400
cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada
kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1999).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya
yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir
mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir
mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori.
Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai
proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang
sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat
terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas
menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus
memiliki ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar
yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah tanah mempunyai
kapasitas menahan air yang tinggi.
G.
Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Infiltrasi
dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan
derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan,
nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada tanah hutan
karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh
tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa factor baik internal dan eksternal yaitu dalamnya genangan
di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh, kelembaban tanah, pemampatan tanah
oleh curah hujan, penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan, pemampatan oleh
orang dan hewan,`struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, udara yang terdapat dalam tanah, topografi, intensitas hujan, kekasaran permukaan, mutu air, suhu udara, dan adanya kerak di
permukaan.
H.
Permeabilitas
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam
menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan
laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Koefisien permeabilitas
terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh
distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis
besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan
makin rendah koefisien permeabilitasnya.
I.
Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan
tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain
bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.
2.3 Tanah
Alfisol
Tanah
alfisol berkembang di daerah hutan humid, dimana perpindahan lempung
menghasilkan horizon B1 yang mengandung 20% atau lebih lempung dari
horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dan pelapukan. Dalam waktu
yang terbatas, dengan pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Alfisol yang
mengalami pencucian dan pelapukan terakhir membentuk Ultisol
(Foth.H.D., 1999).
Alfisol memiliki horizon argilik dan
terjadi di daerah dimana tanah hanya sebentar lembab. Kebutuhan kejenuhan basa
35% atau lebih pada horizon alfisol terbawah, berarti bahwa basa yang dilepaskan
dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya
pencucian (Foth.H.D., 1999).
Alfisol merupakan order yang
dicirikan oleh adanya horizon argilik dan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi.
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivine, tufa, dan lahar.
Bentuk wilayah beragam dan bergelombang
hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus,
drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral,
kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi,
bahan organic pada umumnya sedang hingga
rendah (Munir, 1996).
Secara potensial tanah alfisol
termasuk tanah yang subur meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk
peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain
pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya
(Hardjowigeno. S,1985).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan
profil tanah dilaksanakan di Exfarm, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar. pada hari Sabtu, tanggal 19 Oktober 2013. Pukul 13.00 – 16.00 WITA.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada saat mengambil sampel profil tanah adalah cangkul, skop,
linggis, meteran, cutter,
dan ring sampel.
Bahan yang digunakan adalah air,
kertas label, kantong plastic, karet gelang
dan DIP (Daftar Isian Profil).
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1
Pengambilan Sampel Tanah
·
meratakan dan
membersihkan lapisan tanah yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel
tegak lurus (bagian yang runcing menghadap ke bawah)
·
menekan tabung
sampai bagiannya masuk ke dalam tanah
·
meletakkan tabung
lain tepat di atas tabung pertama, kemudian menekan lagi sampai bagian bawah
dari tabung kedua masuk ke dalam tanah kira-kira 10 cm
·
tabung beserta
tanah di dalamnya digali dengan sekop atau cangkul
·
memisahkan tabung
kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah
yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata
dengan permukaan ring sampel
·
menutup ring
sampel dengan plastic, lalu menyimpan
3.3.2
Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
·
mengambil tanah
dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil,
mulailah dengan lapisan paling bawah
·
masukkan dalam
kantong plastic yang sebelumnya telah diberi label atau kode
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan profil tanah di lapangan dapat dilihat
pada tabel berikut ini ;
Tabel 1.
Deskripsi Profil
Parameter
Pengamatan
|
Lapisan
|
|
I
|
II
|
|
Kedalaman lapisan
(cm)
|
0 – 43 cm
|
43-130 cm
|
Batasan
lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Topografi
batasan lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna
(Munsell)
|
Coklat
|
Coklat kemerahan
|
Tekstur
|
Lempung
|
Lempung liat
berpasir
|
Struktur
|
Sedang
|
Sedang
|
Konsistensi
|
Kering teguh
|
Lembab
|
Karatan
|
Fe & Al
|
Al
|
Sumber:
Data Primer, 2013
4.2 Pembahasan
Pada
profil tanah lapisan pertama kedalaman lapisan yaitu 0-43 cm dengan batas
lapisan baur. Pada profil ini terdapat karatan berupa besi dan almunium (Fe dan
Al). Pada lapisan kedua kedalaman lapisan yaitu 43-130
cm, terdapat karatan berupa Al.
Bentuk topografi batas lapisan pada
lapisan tanah pertama dan kedua yaitu berombak, hal ini disebabkan karena pada
saat pelapukan terjadi suatu pelapukan, apakah itu pelapukan secara fisik
ataupun secara biologi, terjadi dalam waktu yang relative sama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hakim, dkk (1986) bahwa bentuk topografi dari suatu tanah
dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
Memiliki tekstur lempung pada
lapisan pertama dan lapisan kedua memiliki tekstur lempung liat berpasir dengan
konsistensi. Lahan pada area pengambilan profil tanah di gunakan sebagai media
tanam untuk perkebunan. Pada lahan tersebut bisa di lihat dengan jelas bahwa
vegetasi tanaman dengan kuantitas paling banyak berupa pisang, namun ada pula
tanaman lain yaitu : coklat, rumput gajah dan lain-lain. Sistem pertanaman yang
di gunakan pada pada lahan ini adala sistem multiple cropping, pengelolaannya masih menggunakan cara tradisional
dengan sumber air berupa curah hujan dan PDAM.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2012.http://wordpress.com/literatur/profil-tanah/
Diakses pada 25 Oktober 2013 pukul 14.20
WITA
Anonim2.2012.
http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/
Diakses 25 Oktober 2013 pukul 14:25 WITA
Foth, H.D.dan
L.N.Turk, 1999, Fundamentals Of Soil
Science, Fifth Ed. John Waley & sons, New York
Hakim, N.M.Y.
Nyakta., A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha, G.B.Hong, H.H.Bayle. 1982.
Dasar-dasar Ilmu tanah. Penerbit
Universitas lampung, Lampung
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo, Jakarta.
Kartasapoetra dan Sutedjo Mulyani.
1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta:Jakarta.
Pasaribu. 2007. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.
Diaksestanggal 25 Oktober 2013 pukul 22.10 WITA
LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH
PENGAMATAN PROFIL TANAH
NAMA :
FIKA FIKRIA
NIM :
G411 12 252
KELOMPOK :17
ASISTEN :
AFFIL ENDI
LABORATORIUM
FISIKA TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
0 komentar: