LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH 1

0
Minggu, November 17, 2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah dapat ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang hidup di atasnya. Secara fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial. Dan secara biologi tanah berfungsi sebagai habitat organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman.
            Tanah merupakan bagian dari lapisan permukaan bumi. Pembentukan tanah berasal dari proses pelapukan yaitu proses pemecahan atau penghancuran. Pelapukan tersebut berasal dari batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh mikroorganisme. Pelapukan bahan induk dipengaruhi oleh faktor iklim terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme hidup (termasuk vegetasi, mikroba, organisme tanah dan manusia), pada suatu topografi atau relief dalam jangka waktu tertentu. Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka tanah suatu tempat pasti berbeda dengan tempat lainnya. Perbedaan tersebut ada pada ciri-ciri morfologi tanah baik itu dari warna, tekstur, struktur, hingga menyangkut masalah unsur-unsur pembentukannya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka maka dapat diketahui profil tanah yang merupakan petunjuk dari proses-proses yang dialami oleh suatu tanah selama pelapukan dan perkembangannya. Perbedaan intensitas faktor-faktor pembentuk tanah dapat digunakan untuk menentukan suatu jenis tanah.
            Berdasarkan uraian di atas, maka kita perlu melakukan praktikum pengamatan profil tanah, agar kita mengetahui dan mengenal tanah lebih lanjut mengenai sifat fisik, kimia dan biologik tanah. Sehingga kita dapat lebih memahami keadaan tanah pada suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai lahan pertanian yang baik.

1.2. Tujuan  dan Kegunaan
Tujuan diadakannya pengamatan profil tanah ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik, biologi, dan kimia dari tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
            Adapun kegunaan dari pengamatan profil tanah ini yaitu sebagai bahan informasi untuk mahasiswa tentang profil tanah, dan mengetahui karakteristik suatu jenis tanah dengan melihat ciri-ciri tanah di lapangan. Juga sebagai bahan perbandingan pembelajaran  diperkuliahan dengan praktek di lapangan.


 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007).
            Profil tanah terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan horison E-B disebut lapisan tanah bawah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).
            Huruf kapital O, A, E, B, C, R merupakan simbol-simbol untuk horizon utama dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini merupakan simbol dasar, yang dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk melengkapi penamaan horizon dan lapisan (Anonim1, 2012).



 
                                                                                                                                                             Keterangan :
A : Horizon Organik
O : Horizon pencampuran bahan organic
     terhumifikasi dengan bahan mineral
E          : Horizon pencucian (eluviasi)
B         : Horizon penumpukan (iluviasi)
C         : Bahan induk
                                                            R : Batuan induk                                
            Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau sebagian telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
            Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang serupa.
            Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya adalah kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu. Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam sequm tanah sama , oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih rendah, atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
            Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau penambahan senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu. Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome lebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.
            Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik, serta tidak memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar merupakan lapisan-lapisan mineral. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
            Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.Granit, basalt, kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasar yang diberi symbol dengan huruf R. Lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup sulit di gali dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-keping.
2.2   Sifat Fisik Tanah
A.      Warna tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam,coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).
            Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).
            Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi (Anonim2, 2012).
            Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik di dala  m tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas (Anonim2, 2012).
B.       Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1982). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatanm infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988). Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar (Anonim2, 2012).
            Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1)      Pasir: butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2)      Debu: butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3)      Liat: butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
            Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1982).
C.       Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.       bentuk lempung
b.      bentuk prisma
c.       bentuk gumpal
d.      bentuk spheroidel atau bulat
            Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al, 1982).
D.      Kadar air
Menurut Hakim et al (1982), metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air.
            Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah, 2005).
E.       Bulk Density (kerapatan isi)
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1982). Menurut Hardjowigeno (1985), bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelupkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi. Ditambahkan bahwa nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat (Hanafiah, 2005).
F.        Ruang pori total
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1999).
            Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.
G.      Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
            Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa factor baik internal dan eksternal yaitu dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh, kelembaban tanah, pemampatan tanah oleh curah hujan, penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan, pemampatan oleh orang dan hewan,`struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, udara yang terdapat dalam tanah, topografi, intensitas hujan, kekasaran permukaan, mutu air, suhu udara, dan adanya kerak di permukaan.
H.      Permeabilitas
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
            Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
I.       Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.

2.3 Tanah Alfisol
Tanah alfisol berkembang di daerah hutan humid, dimana perpindahan lempung menghasilkan horizon B1 yang mengandung 20% atau lebih lempung dari horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dan pelapukan. Dalam waktu yang terbatas, dengan pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Alfisol yang mengalami pencucian dan pelapukan terakhir membentuk Ultisol (Foth.H.D., 1999).
            Alfisol memiliki horizon argilik dan terjadi di daerah dimana tanah hanya sebentar lembab. Kebutuhan kejenuhan basa 35% atau lebih pada horizon alfisol terbawah, berarti bahwa basa yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya pencucian (Foth.H.D., 1999).
            Alfisol merupakan order yang dicirikan oleh adanya horizon argilik dan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi. Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivine, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dan bergelombang  hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organic pada umumnya sedang hingga  rendah (Munir, 1996).
            Secara potensial tanah alfisol termasuk tanah yang subur meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya (Hardjowigeno. S,1985).















III. METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Pengamatan profil tanah dilaksanakan di Exfarm, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. pada hari Sabtu, tanggal 19 Oktober 2013. Pukul 13.00 – 16.00 WITA.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat mengambil sampel profil tanah adalah cangkul, skop, linggis, meteran, cutter, dan ring sampel.
            Bahan yang digunakan adalah air, kertas label, kantong plastic, karet gelang  dan DIP (Daftar Isian Profil).
3.3  Prosedur Kerja
3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah
·         meratakan dan membersihkan lapisan tanah yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus (bagian yang runcing menghadap ke bawah)
·         menekan tabung sampai  bagiannya masuk ke dalam tanah
·         meletakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama, kemudian menekan lagi sampai bagian bawah dari tabung kedua masuk ke dalam tanah kira-kira 10 cm
·         tabung beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop atau cangkul
·         memisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel
·         menutup ring sampel dengan plastic, lalu menyimpan
3.3.2  Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
·         mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah
·         masukkan dalam kantong plastic yang sebelumnya telah diberi label atau kode










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil
Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan profil tanah di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut ini ;
Tabel 1. Deskripsi Profil
Parameter
Pengamatan
Lapisan
I
II
Kedalaman lapisan (cm)
0 – 43 cm
43-130 cm
Batasan lapisan
Baur
Baur
Topografi batasan lapisan
Berombak
Berombak
Warna (Munsell)
Coklat
Coklat kemerahan
Tekstur
Lempung
Lempung liat berpasir
Struktur
Sedang
Sedang
Konsistensi
Kering teguh
Lembab
Karatan
Fe & Al
Al
Sumber: Data Primer, 2013
4.2  Pembahasan
Pada profil tanah lapisan pertama kedalaman lapisan yaitu 0-43 cm dengan batas lapisan baur. Pada profil ini terdapat karatan berupa besi dan almunium (Fe dan Al). Pada lapisan kedua kedalaman lapisan yaitu 43-130 cm, terdapat karatan berupa Al.
Bentuk topografi batas lapisan pada lapisan tanah pertama dan kedua yaitu berombak, hal ini disebabkan karena pada saat pelapukan terjadi suatu pelapukan, apakah itu pelapukan secara fisik ataupun secara biologi, terjadi dalam waktu yang relative sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) bahwa bentuk topografi dari suatu tanah dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
            Memiliki tekstur lempung pada lapisan pertama dan lapisan kedua memiliki tekstur lempung liat berpasir dengan konsistensi. Lahan pada area pengambilan profil tanah di gunakan sebagai media tanam untuk perkebunan. Pada lahan tersebut bisa di lihat dengan jelas bahwa vegetasi tanaman dengan kuantitas paling banyak berupa pisang, namun ada pula tanaman lain yaitu : coklat, rumput gajah dan lain-lain. Sistem pertanaman yang di gunakan pada pada lahan ini adala sistem multiple cropping,  pengelolaannya masih menggunakan cara tradisional dengan sumber air berupa curah hujan dan PDAM.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2012.http://wordpress.com/literatur/profil-tanah/ Diakses pada 25 Oktober 2013 pukul   14.20 WITA

Anonim2.2012. http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/  Diakses 25 Oktober 2013  pukul 14:25 WITA

Foth, H.D.dan L.N.Turk, 1999, Fundamentals Of Soil Science, Fifth Ed. John Waley & sons, New York
Hakim, N.M.Y. Nyakta., A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha, G.B.Hong, H.H.Bayle. 1982. Dasar-dasar Ilmu tanah. Penerbit Universitas lampung, Lampung
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo, Jakarta.
Kartasapoetra dan Sutedjo Mulyani. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta:Jakarta.









LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH



PENGAMATAN PROFIL TANAH

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQc-HnhdU19yY9Y5LEwrbxrGotnGCBhcjsxkmuszT_-k8u5ZmEC

NAMA                        : FIKA FIKRIA
NIM                            : G411 12 252
KELOMPOK             :17
ASISTEN                   : AFFIL ENDI




LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2013

0 komentar: