LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH 2

0
Minggu, November 17, 2013
I.  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah memiliki sifat fisik yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Salah satu sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah menggambarkan ukuran kasar atau halusnya tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu metode feeling, pipet, dan hydrometer.
            Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Tekstur tanah juga sangat berpengaruh bagi kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan oleh tekstur tanah yang memiliki komposisi faraksi yang ideal. Dengan demikian, tanah yang subur akan berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan dan kesuburan tanaman karena tekstur menentukan cepat lambatnya air meresap (daya serap air) ke dalam pori-pori tanah, besarnya aerasi, infiltrasi, perlokasi, ketersediaan udara dan unsur hara untuk respirasi tanaman dan dapat mempengaruhi sistem perakaran tanaman. Tekstur juga bisa digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi tanah maupun kesesuaian lahan.
            Berdasarkan uraian diatas mengenai pentingnya tekstur tanah, maka dianggap perlu dilakukan pengamatan mengenai tekstur tanah.




1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk menentukan kelas tekstur tanah pada tiap lapisan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
            Adapun kegunaan dari pengamatan tekstur tanah ini yaitu sebagai bahan informasi untuk mahasiswa tentang tekstur tanah juga sebagai bahan perbandingan pembelajaran diperkuliahan dengan praktek di lapangan.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).
            Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
            Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
            Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Gambar 1. Segitiga Tekstur
            Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
            Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).

2.2.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain:
1.        Bahan induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yairtu :
a.      Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan pengendapan)
Aliran air dan partikel tanah dan fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan sedimen lebih banyak. Jika aliran menjadi lambat partikel bear diendapkan terlebih dahulu.
b.      Bahan diendapkan air
Adapun bahan yang diendapkan air yaitu berupa endapan aluvial, endapan banjir dan teras, dan delta. Endapan aluvial terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen terjadi cepat. Endapan ini kebanyakan terjadi di daerah pegunungan. Endapan banjir dan teras yaitu teras mencerminkan sisa dataran tinggi yang lebih tua, aliran sungai telah memotong menjadi dataran banjir. Delta yaitu terbentuk jika sedimen halus yang dibawa oleh sungai diendapkan (Hanafiah 2005).
2.        Waktu
Waktu adalah faktor dalam yang menentukan interaksi semua faktor di atas ketika mengembangkan tanah. Seiring dengan waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor pembentukan lain, dan pembentukan tanah adalah proses waktu-responsif tergantung pada bagaimana interaksi faktor-faktor lain dengan satu sama lain (Anonim1, 2012).
3.        Topografi (relief)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah (Anonim1, 2012).
4.        Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme tanah. Disamping itu, unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman/vegetasi  (Harjdowigeno, 2010).
5.        Iklim
Suhu (temperatur) dan curah hujan adalah unsur iklim yang saling mempengaruhi sifat tanah. Perubahan temperatur dapat menyebabkan retaknya bahan (pelapukan). Temperatur juga mempengaruhi jumlah bahan organik yang dihasilkan, produksi bahan organik meningkat dengan meningkatnya temperatur asalkan cukupnya hujan untuk pertumbuhan tanaman. Meningkatnya temperatur juga meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik. Curah hujan mempengaruhi pelapukan dari jumlah serta dekomposisi bahan organik. Jika curah hujan meningkat, maka kecepatan erosi dan produksi bahan-bahan organik juga meningkat asalkan temperatur cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Jika curah hujan cukup untuk menggenangi lahan, dekomposisi bahan organik akan terhambat karena kurangnya oksidasi (Subagyo, 1989).

2.3      Sifat–Sifat Tanah
2. 3.1 Sifat Fisik Tanah
A.      Warna tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam,coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).
            Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).
B.     Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1982). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatanm infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
C.     Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.       bentuk lempung
b.      bentuk prisma
c.       bentuk gumpal
d.      bentuk spheroidel atau bulat
D.    Kadar air
Menurut Hakim et al (1982), metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air.
            Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah, 2005).
E.     Bulk Density (kerapatan isi)
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1982). Menurut Hardjowigeno (1985), bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc.
F.      Ruang pori total
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1999).
G.    Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
H.    Permeabilitas
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
I.       Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.

2.3.2        Sifat Kimia Tanah
A.      Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7 (Rizki,2011).
Pentingnya pH tanah adalah untuk (Rizki,2011) :
1.      Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman.
2.      Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun.
3.      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
B.       Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003).
C.       Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Rizki,2011).
D.      Unsur-unsur Hara Esensial
Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu : 
-        Unsur makro   : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
-        Unsur mikro    : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co

2.3.3.      Sifat Biologi Tanah
A.      Total mikroorganisame tanah
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas, 1989).
B.       Jumlah fungi tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi terdiri atas tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian karena tanpa fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).
C.       Jumlah bakteri pelarut posfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi, 1983).
D.      Total respirasi tanah
Respirasi tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme (Anas, 1989).







III.  METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum analisis tekstur tanah ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan pada Kamis 31 Oktober 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah saringan, corong, botol tekstur, mesin pengocok (mixer), erlenmeyer, sprayer, timbangan, botol ukur, tabung sendimentasi, hydrometer, dan termometer.
            Bahan yang digunakan adalah  tanah alfisol, larutan Calgon 0,05 %,  aquadest, kertas label dan tissu roll.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1.      Menimbang 20 gr tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2mm.
2.      Memasukkan tanah ke dalam botol tekstur dan ditambahkan 10 mL larutan Calgon 0,05 % dan aquadest secukupnya.
3.      Mengocok tanah dengan mesin pengocok selama kurang lebih 10 menit.
4.      Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 mL yang di atasnya dipasang saringan dengan diameter lubang 0,05 mm dan dibersihkan benar-benar dengan bantuan botol semprot.
5.      Mencukupkan larutan suspensi dalam tabung sedimentasi dengan aquadest hingga 1000 mL.
6.      Pasir yang ada didalam saringan dipindahkan dalam cawan dengan pertolongan botol semprot, kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 24 jam. Selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang hingga berat pasir diketahui (dicatat sebagai c gram).
7.      Masukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu diaduk naik turun selama 1 menit.
8.      Masukkan hidrometer kedalam suspensi dengan sangat hati-hati agar suspensi tidak banyak terganggu.
9.      Setelah beberapa detik, dibaca dan dicatat (H1) pada hidrometer beserta suhunya (t1), dengan hati-hati hidrometer dikeluarkan dari suspensi.Setelah menjelang 8 jam, hidrometer dimasukkan kembali untuk pembacaan H2  dan t2.
10.  Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan rumus :
       Berat debu dan liat :     ………(a)
                                                                          
Berat liat                 :      ………(b)
                                                                       
Berat debu               : berat (debu + liat)  -  berat liat………...(a-b)
11.  Mengitung persentase pasir , debu dan liat dengan persamaan :
% Pasir            =
% Debu           =
% Liat                         =
13. Masukan nilai ukur segitiga


















IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan , maka diperoleh hasil sebagai berikut:
     Tabel 2 : Hasil Perhitungan Tekstur Tanah
Lapisan
Persentase ( % )
Kelas Tekstur
% Pasir
% Debu
% Liat
Lapisan I
silty clay
Lapisan II
1,4
50,2
48,2
silty clay
     Sumber : Data Primer Setelah Diolah Dasar- Dasar Ilmu Tanah, 2013
4.2.Pembahasan
Pada lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 48,1%, pasir 6,4%, dan liat 45,5%. Lapisan II juga memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 50,2%, pasir 1,4%, dan liat 48,2%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1995) bahwa tanah liat 30 % atau lebih dalam semua horizon, dan memiliki celah-celah paling sedikit selebar I cm dan kedalaman 20 inci ( kecuali diberi pengairan) pada suatu saat akan hancur dalam kebanyakan tahun. Hal tersebut di dukung oleh pendapat Majid (2009) yang menyatakan bahwa tanah yang liat memepunyai kandungan liat > 35 % dan biasanya tidak < 40 %.
Pada hasil percobaan tekstur tanah yang dapat kita bahas adalah tentang pengklasifikasian jenis tanah yang telah kita ambil sampelnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan persentasenya. Hal ini sesuai dengan Dydear (2012), yang menyatakan bahwa Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA).














V.  PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 42,81 %, pasir 11,28%, dan 45,89%.
2.      Pada lapisan II memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 1,4%, pasir 50,2%, dan liat 48,2%.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim, waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi tekstur tanah.
5.2. Saran
Tekstur tanah mepengaruhi kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan tanaman. Oleh karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2011.http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/ diakses pada 2 November 2013 pukul 23.46 WITA

Hakim, N.M.Y. Nyakta., A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha, G.B.Hong, H.H.Bayle. 1982. Dasar-dasar Ilmu tanah. Penerbit Universitas lampung, Lampung
Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.

Foth, H.D.dan L.N.Turk, 1999, Fundamentals Of Soil Science, Fifth Ed. John Waley & sons, New York
Rizki.2011.http://justkie.wordpress.com/tag/sifat-fisika-tanah/. Diakses pada hari     Selasa , 05 Nopember 2013








LAMPIRAN
1.      Perhitungan Berat Debu dan Liat serta Persentase fraksi-fraksi Pasir, Debu, dan Liat pada lapisan II.
Dik :         
H1 =  3  gr             t1 =  290 C            C = 1 gr
H2 =  1,2 gr           t2 =  300 C
 gram…………………………..…. (b)
                                        =   7,15  gram…………………………..…. (b)
Berat debu                     =   Berat (debu + liat)  –  berat liat
                                       =    – 7,15      
                                       =   7,53 gram.

                        

2.      Perhitungan Berat Debu dan Liat serta Persentase fraksi-fraksi Pasir, Debu, dan Liat pada lapisan II.
Dik :         
H1 =  5  gr             t1 =  300 C            C = 0,4 gr
H2 =  3 gr              t2 =  230 C
                                        =   13,03 gram…………………………..…. (b)

Berat debu                     =   Berat (debu + liat)  –  berat liat
                                       =   26,53 13,03     
                                       =   0,725 gram.
     




About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: