LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH 2
0
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanah
memiliki sifat fisik yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Salah satu
sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah menggambarkan ukuran kasar atau halusnya tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang
digunakan yaitu metode feeling, pipet, dan hydrometer.
Keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain
seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Tekstur tanah
juga sangat berpengaruh bagi kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan oleh
tekstur tanah yang memiliki komposisi faraksi yang ideal. Dengan demikian,
tanah yang subur akan berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan dan kesuburan
tanaman karena tekstur menentukan cepat lambatnya air meresap (daya serap air)
ke dalam pori-pori tanah, besarnya aerasi, infiltrasi, perlokasi, ketersediaan
udara dan unsur hara untuk respirasi tanaman dan dapat mempengaruhi sistem
perakaran tanaman. Tekstur
juga bisa digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi tanah maupun kesesuaian
lahan.
Berdasarkan uraian diatas mengenai
pentingnya tekstur tanah, maka dianggap perlu dilakukan pengamatan mengenai
tekstur tanah.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
diadakannya praktikum ini yaitu untuk menentukan kelas tekstur tanah pada tiap
lapisan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kegunaan dari pengamatan
tekstur tanah ini yaitu sebagai bahan informasi untuk
mahasiswa tentang tekstur tanah juga sebagai bahan perbandingan pembelajaran diperkuliahan
dengan praktek di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen
(%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan
plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas
tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).
Penetapan
tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling yang
dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk)
dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut
dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode
lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya
partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya
partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara
linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tanah terdiri dari butir-butir
pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas
tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur
(Hardjowigeno, 1995).
Pembagian
kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut
USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan,
permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan
produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis
(A.K. Pairunan, dkk, 1985).

Gambar 1. Segitiga Tekstur
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi
dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam
tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan
mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur
tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman
serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu
dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan
berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain:
1.
Bahan induk
Jenis bahan induk akan menentukan
sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi
pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara
ektodinamomorf. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yairtu :
a.
Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan pengendapan)
Aliran air dan partikel tanah dan
fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan
sedimen lebih banyak. Jika aliran menjadi lambat partikel bear diendapkan
terlebih dahulu.
b.
Bahan diendapkan air
Adapun bahan yang diendapkan air
yaitu berupa endapan aluvial, endapan banjir dan teras, dan delta. Endapan
aluvial terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen terjadi cepat.
Endapan ini kebanyakan terjadi di daerah pegunungan. Endapan banjir dan teras
yaitu teras mencerminkan sisa dataran tinggi yang lebih tua, aliran sungai
telah memotong menjadi dataran banjir. Delta yaitu terbentuk jika sedimen halus
yang dibawa oleh sungai diendapkan (Hanafiah 2005).
2.
Waktu
Waktu adalah faktor dalam yang menentukan interaksi semua
faktor di atas ketika mengembangkan tanah. Seiring dengan waktu, tanah
berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor pembentukan lain, dan
pembentukan tanah adalah proses waktu-responsif tergantung pada bagaimana interaksi
faktor-faktor lain dengan satu sama lain (Anonim1, 2012).
3.
Topografi (relief)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu
daerah termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi alam dapat
mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan
pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring
mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah.
Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun,
pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah (Anonim1, 2012).
4.
Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah
kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur
tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme tanah. Disamping
itu, unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme,
baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan
tanaman/vegetasi (Harjdowigeno, 2010).
5.
Iklim
Suhu (temperatur) dan curah hujan
adalah unsur iklim yang saling mempengaruhi sifat tanah. Perubahan temperatur
dapat menyebabkan retaknya bahan (pelapukan). Temperatur juga mempengaruhi
jumlah bahan organik yang dihasilkan, produksi bahan organik meningkat dengan
meningkatnya temperatur asalkan cukupnya hujan untuk pertumbuhan tanaman.
Meningkatnya temperatur juga meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik.
Curah hujan mempengaruhi pelapukan dari jumlah serta dekomposisi bahan organik.
Jika curah hujan meningkat, maka kecepatan erosi dan produksi bahan-bahan
organik juga meningkat asalkan temperatur cukup tinggi untuk pertumbuhan
tanaman. Jika curah hujan cukup untuk menggenangi lahan,
dekomposisi bahan organik akan terhambat karena kurangnya oksidasi (Subagyo,
1989).
2.3
Sifat–Sifat
Tanah
2. 3.1 Sifat Fisik Tanah
A. Warna tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah
dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan
campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau
persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam,coklat, karat, abu-abu,
kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna
tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya.
Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart
sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar
atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson
dan Troen, 1978).
B. Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen
(%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan
plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas
tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1982). Tekstur dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatanm infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan
mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
C.
Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya
yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur yang daapat
memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas,
tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.
bentuk lempung
b.
bentuk prisma
c.
bentuk gumpal
d.
bentuk spheroidel atau bulat
D. Kadar air
Menurut Hakim et al (1982), metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan
jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering.
Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering
bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim
dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga
berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya
terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh
meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta
tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan
air tanaman (Hanafiah, 2005).
E. Bulk Density (kerapatan isi)
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya
ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1982). Menurut Hardjowigeno (1985), bulk
density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa
kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc.
F.
Ruang pori total
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh
udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas.
Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air
sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan
jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400
cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada
kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1999).
G. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah.
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari
air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air
tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya
dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah
permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada tanah
hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga
oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
H. Permeabilitas
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam
menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan
laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
I.
Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan
tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain
bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.
2.3.2
Sifat Kimia Tanah
A.
Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin
tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal
ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah
alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila
kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi
netral yaitu mempunyai pH=7 (Rizki,2011).
Pentingnya pH tanah adalah untuk (Rizki,2011) :
1.
Menentukan mudah
tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman.
2.
Menunjukkan kemungkinan
adanya unsure-unsur beracun.
3.
Mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme.
B.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003).
C.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah
perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar
kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.
Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Rizki,2011).
D.
Unsur-unsur Hara
Esensial
Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh
tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain,
sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman
tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara, air,
atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu :
-
Unsur makro
: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
-
Unsur
mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
2.3.3.
Sifat Biologi Tanah
A. Total mikroorganisame tanah
Jumlah total
mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan
tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme
dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman
profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan
pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas, 1989).
B.
Jumlah fungi tanah
Fungi
berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
terdiri atas tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur
mempunyai arti penting bagi pertanian karena tanpa fungi ini maka dekomposisi
bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).
C.
Jumlah bakteri pelarut posfat (P)
Bakteri
pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang
jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim
Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun
sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi
bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah
bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung
dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas.
Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram
tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi, 1983).
D.
Total respirasi tanah
Respirasi
tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi
pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah.
Pengukuran respirasi mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang
berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah,
transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme (Anas,
1989).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
analisis tekstur tanah ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan
pada Kamis 31 Oktober 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
adalah saringan, corong, botol tekstur, mesin pengocok (mixer), erlenmeyer,
sprayer, timbangan, botol ukur, tabung sendimentasi,
hydrometer, dan termometer.
Bahan yang digunakan adalah
tanah alfisol, larutan
Calgon 0,05 %, aquadest, kertas label
dan tissu roll.
3.3.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah
:
1. Menimbang
20 gr tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2mm.
2. Memasukkan
tanah ke dalam botol tekstur dan ditambahkan 10 mL larutan Calgon 0,05 % dan
aquadest secukupnya.
3. Mengocok
tanah dengan mesin pengocok selama kurang lebih 10 menit.
4. Menuangkan
secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 mL yang di
atasnya dipasang saringan dengan diameter lubang 0,05 mm dan dibersihkan
benar-benar dengan bantuan botol semprot.
5. Mencukupkan
larutan suspensi dalam tabung sedimentasi dengan aquadest hingga 1000 mL.
6. Pasir
yang ada didalam saringan dipindahkan dalam cawan dengan pertolongan botol
semprot, kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 24
jam. Selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang hingga berat pasir
diketahui (dicatat sebagai c gram).
7. Masukkan
pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu diaduk naik turun selama 1 menit.
8. Masukkan
hidrometer kedalam suspensi dengan sangat hati-hati agar suspensi tidak banyak
terganggu.
9. Setelah
beberapa detik, dibaca dan dicatat (H1) pada hidrometer beserta
suhunya (t1), dengan hati-hati hidrometer dikeluarkan dari
suspensi.Setelah menjelang 8 jam, hidrometer dimasukkan kembali untuk pembacaan
H2 dan t2.
10. Menghitung
berat debu dan liat dengan menggunakan rumus :
Berat debu dan liat :
………(a)

Berat
liat :
………(b)


Berat
debu :
berat (debu + liat) - berat liat………...(a-b)
11. Mengitung
persentase pasir , debu dan liat dengan persamaan :
%
Pasir = 

%
Debu = 

%
Liat = 

13.
Masukan nilai ukur segitiga
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan , maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 2 : Hasil Perhitungan
Tekstur Tanah
Lapisan
|
Persentase ( % )
|
Kelas Tekstur
|
||
% Pasir
|
% Debu
|
% Liat
|
||
Lapisan I
|
![]() |
![]() |
![]() |
silty
clay
|
Lapisan II
|
1,4
|
50,2
|
48,2
|
silty
clay
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah
Dasar- Dasar Ilmu Tanah,
2013
4.2.Pembahasan
Pada lapisan I memiliki
tekstur liat dengan persentase fraksi debu 48,1%, pasir 6,4%, dan liat 45,5%.
Lapisan II juga memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 50,2%,
pasir 1,4%, dan liat 48,2%. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Foth (1995) bahwa tanah liat 30 % atau lebih dalam semua horizon,
dan memiliki celah-celah paling sedikit selebar I cm dan
kedalaman 20 inci ( kecuali diberi pengairan) pada suatu saat akan hancur dalam kebanyakan tahun. Hal tersebut di dukung oleh pendapat Majid
(2009) yang menyatakan
bahwa tanah yang liat memepunyai kandungan liat > 35 % dan biasanya tidak
< 40 %.
Pada hasil
percobaan tekstur tanah yang dapat kita bahas adalah tentang pengklasifikasian
jenis tanah yang telah kita ambil sampelnya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan perhitungan persentasenya. Hal ini sesuai dengan Dydear
(2012), yang menyatakan bahwa Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan
tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional).
dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter
paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat
dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA).
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada
lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu
42,81 %, pasir 11,28%, dan 45,89%.
2. Pada lapisan II memiliki
tekstur liat dengan persentase fraksi debu 1,4%, pasir 50,2%, dan liat
48,2%.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim,
waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan
penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi tekstur tanah.
5.2.
Saran
Tekstur tanah mepengaruhi
kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan
tanaman. Oleh karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai
lahan pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2011.http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/
diakses pada 2
November 2013
pukul 23.46 WITA
Hakim, N.M.Y.
Nyakta., A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha, G.B.Hong, H.H.Bayle. 1982.
Dasar-dasar Ilmu tanah. Penerbit
Universitas lampung, Lampung
Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja
Grafindo Persada:Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Foth, H.D.dan
L.N.Turk, 1999, Fundamentals Of Soil
Science, Fifth Ed. John Waley & sons, New York
Rizki.2011.http://justkie.wordpress.com/tag/sifat-fisika-tanah/.
Diakses pada hari Selasa
, 05 Nopember 2013
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Berat Debu dan Liat serta Persentase fraksi-fraksi Pasir, Debu, dan Liat pada
lapisan II.
Dik
:
H1
= 3
gr t1 = 290 C C = 1 gr
H2
= 1,2 gr t2
= 300 C


=
gram…………………………..…. (b)



= 7,15
gram…………………………..…. (b)
Berat debu = Berat
(debu + liat) – berat liat
=
– 7,15

= 7,53 gram.



2. Perhitungan
Berat Debu dan Liat serta Persentase fraksi-fraksi Pasir, Debu, dan Liat pada
lapisan II.
Dik
:
H1
= 5
gr t1 = 300 C C = 0,4 gr
H2
= 3 gr t2
= 230 C


=




= 13,03 gram…………………………..…. (b)
Berat debu = Berat
(debu + liat) – berat liat
= 26,53
– 13,03
= 0,725 gram.



0 komentar: