cerpen

0
Kamis, Januari 31, 2013
hallooo, kali ini saya akan memposting sebuah cerpen karya saya sendiri berjudul "Dua Saudara". cerpen ini saya buat sewaktu sma kelas 3 sebagai bagian dari tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. jadi kangen dengan masa sma, sama teman" dan guru". sewaktu ditugaskan membuat cerpen oleh ibu Iis guru bahasa indonesia kami, saya bingung mau buat cerpen bertemakan apa. awalnya pengen nulis bertemakan percintaan, namun saat itu saya tidak mempunyai ide dan saya pikir teman yang lainnya banyak yang memilih tema tersebut. akhirnya saya memilih tema kekeluargaan. inilah pertama kalinya saya membuat cerpen, awalnya susah karena tak tahu harus menulis apa, baru 2 paragraf aja sudah kehabisan kata", tapi akhirnya cerpen ini pun selesai meski yaa.. menurut saya kurang bagus. hehe *ngga percaya diri nih* 

yaa udah silahkan baca cerpennya, tapi jangan ngantuk bacanya ya. hihihi. selamat membaca ..... J


Disuatu desa di pinggir sungai, ada 2 orang kakak beradik yang tinggal di sana, kakak yang pertama bernama Randa dan yang kedua bernama Sanda . Kedua adik kakak itu sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan, Randa mempunyai semangat dan ambisi yang kuat untuk menggapai tujuannya, serta
memiliki cita-cita yang tinggi. Sedangkan adiknya Sanda tidak jauh beda dengan kakaknya akan tetapi dia cepat putus asa. Keduanya sering mengkhayal menjadi orang yang sukses. Mereka berdua sama-sama cemerlang dan sangat tekun dalam bekerja, yang mereka perlu hanyalah waktu dan kesempatan mewujudkan impian itu. Saat ini yang mereka tunggu adalah kesempatan emas agar apa yang diinginkan dan dicita-citakan segera terwujud dan mereka  terus berusaha melakukan yang terbaik. Mereka ingat ucapan Pak Mahmud “barang siapa yang bersungguh sungguh maka kelak ia akan berhasil”.
Pada suatu malam Pak Karno membawa kabar gembira, mereka di beri  pekerjaan membantu menggarap di sawah. Setiap menggarap sawah mereka berpikir apakah ada suatu alat untuk memudahkan menggarap sawah, keduanya terus berpikir dan berpikir.  Setiap menggarap sawah mereka diupah dengan bayaran Rp 1000. Jadi, kalau satu hari mereka biasa menggarap sawah sebanyak 20 maka mereka akan memperoleh penghasilan Rp 20000. Mereka melakukan pekerjaan tersebut dengan sangat baik. Ketika mereka letih, mereka beristirahat sejenak di pematangan sawah. Ketika sore, mereka telah meninggalkan tempat tersebut.
Akhirnya mereka telah menggarap sawah sebanyak 20 dan menerima upah dari Pak Karno.
“ini upah kalian, kalian telah berusaha dengan baik. Terimakasih” kata Pak Karno menyerahkan upah mereka pada si kakak.
Randa menerima upah tersebut dan menghitungnya, ia kemudian bertanya “maaf upah yang bapak berikan lebih” sambil menyerahkan lebih upah tersebut.
“memang begitulah upah kalian, kalian telah melakukan dengan sungguh sunguh” senyum Pak Karno.
          Sepeninggalan Pak Karno, Sanda bukan main gembiranya "Woouw... Apa yang aku inginkan selama ini akan segera terwujud!" teriak Sanda gembira. "kita mendapatkan upah lebih dari yang Pak Karno tawarkan” lanjut Sanda. Namun Randa tidak demikian, Dia tidak begitu yakin kalo pekerjaannya sekarang dapat menjadikannya orang sukses. Sesampai dirumah Randa bukan main letihnya seharian ini ia lebih banyak bekerja daripada adiknya itu
          Pada pagi harinya Randa masih merasa letih, ia rasanya ingin libur untuk satu hari ini saja. Randa kemudian memanggil adiknya menyuruhnya untuk segera ke sawah dan meminta ijinkan kakaknya. Sanda pun berangkat menemui Pak Karno dan membeitahukan apa yang terjadi pada kakaknya. Pak Karno mengerti kemudian menyuruh Sanda lekas bekerja.
Sementara Sanda bekerja di sawah Randa berpikir bagaimana cara agar pekerjaannya tersebut dapat menjadi lebih mudah. Ia kemudian duduk di depan jendela mengarah keluar. Ketika ia melihat seorang anak kecil mengayuh sepeda ia kemudian tersenyum mendapatkan ide. Randa sudah tidak sabar menunggu adiknya itu pulang. Ketika Sanda sudah muncul dengan tergesa-gesa Randa menemui adiknya dan bercerita bahwa ia mempunyai ide yang dapat membantu mereka menjadi orang sukses.
“Sanda, kakak punya ide bagaimana kalau kita membuat alat yang bisa memudahkan kita bekerja ? kita membuat mesin penggarap sawah ?”
“bagaimana caranya, kita tidak mampu membeli alatnya ? bukankah telah ada alat seperti itu  di perjul belikan di kota ?” tanya Sanda
“betul juga, tapi alat tersebut masih tidak maksimal. Bagaimana kalau kita menggembangkannya lebih maju lagi ?”tanya kakak dengan semangat tinggi.
“boleh juga, tapi bagaimana caranya ?” tanya adik kembali
“untuk sementara kita tetap bekerja pada Pak Karno untuk mengumpulkan uang, setelah uang tersebut terkumpul kita ke kota membeli alat-alat yang dibutuhkan. Bagaimana ?”usul kakak
“baiklah, ayo semngat !” senyum Sanda gembira
          Setelah mereka bekerja berbulan bulan akhirnya uang tersebut berhasil terkumpulkan. Mereka berangkat ke kota pada pagi dan kembali pada malam harinya. Setiba di rumah mereka tidak langsung bekerja namun mereka menyusun perlengkapan-perlengkapan yang di butuhkan. Randa kembali melihat –lihat skema pembuatan mesin yang nantinya ia yakini akan membuat mereka sukses.
Berhari-hari mereka merakit mesin tersebut dengan keterampilan dan pengetahuan seadanya, berkali-kali pun mereka gagal dan harus kembali ke kota membeli perlengkapan.
          Dua bulan lamanya mereka berkutat dengan perancangan dan pembuatan mesin, lambat laut uang mereka menipis. Sanda mengunjungi Pak Karno meminta pekerjaan, namun sayangnya tidak ada. Mereka terpaksa menunda pembuatan mesin tersebut , mereka harus mencari pekerjaan agar mesin itu dapat cepat selesai.
          Ketika mereka kembali mendapatkan pekerjaan meskipun dengan upah yang sedikit, kembali mereka melanjutkan pembuatan mesin itu. Akan tetapi gagal kembali.
“kapan selesainya ?” keluh Sanda.
“sabarlah, tinggal sedikit lagi” kata Randa semangat meskipun dalam hatinya juga merasa pekerjaannya tidak membuahkan.
“aku sudah muak, lebih baik kita tidak melakukan ini, ini sungguh menyebalkan” kata Sanda marah dan beranjak ke kamar.
Randa merasa lelah akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat sambil memikirkan kekurangan dari pembuatan mesin tersebut. Lambat laun matanya tertutup. Mereka berdua telah tertidur.
          Keesokan harinya mereka kembali bekerja seperti biasnya. Mengenai pembuatan mesin tersebut tidak satupun yang mengetahui selain mereka berdua. Jika mereka memberitahukannya kepada tetangga maka ia akan dianggap bodoh, berharap bisa membuat mesin dengan kemapuan dan pangetahuan yang minim. Para peneliti saja yang memiliki pengetahuan yang tinggi kadang gagal membuat apa yang ia ingin buat. Tapi hal tersebut tidak membuat semangat Randa memudar, ia telah bertekat untuk menjadi orang yang sukes. Ia telah membulatkan tekad. Jika telah begitu, maka ia wajib mewujudkannya. Berbeda dengan Sanda yang walaupun masih memiliki keyakinan namun lambat laut keyakinan tersebut berkurang.
          Sudah satu tahun setengah berlalu namun mesin tersebut belum berhasil. Kali ini Sanda benar-benar putus asa, sudah lama ia berusaha namun sia-sia.
Sampai-sampai kakak beradik tersebut bertengkar yang membuat Sanda keluar dari rumah tersebut.
Kini Randa tinggal seorang diri, sebenarnya ia tidak bermaksud seperti itu hanya saja Sanda salah menafsirkan apa yang kakaknya katakan.
          Sanda terus menerus bekerja, ia ingin membuktikan kepada kakanya bahwa ia juga bisa sukses tanpa harus membuat mesin yang baru. Kerja keras Sanda ternyata membuahkan hasil, ia telah menjadi orang yang sukses menjalankan usaha peternakan. Sanda telah memiliki ratusan hewan ternak serta puluhan pekerja, sedangkan Randa tetap yakin bahwa usahanya tersebut dapat mebuahkan hasil.
Keadaan Randa diketahui oleh adiknya, Sanda merasa bersalah telah meninggalkan kakaknya seorang diri, ia berniat untuk mengunjungi kakaknya itu.
          Ketika Sanda sampai di depan rumah yang penuh kenangan indah bersama kakanya ia meneteskan air mata, ia sangat merindukan kakaknya. Segera ia berlari memasuki rumah mencari kakaknya  namun ia tidak menemukan sosok itu. Sanda bertanya pada tetangga, namun tetangganya tidak mengetahui keberadaan Randa. Sanda tidak kuasa lagi menahan tangis ingin rasanya ia bertemu dengan saudaranya. Ia memutuskan untuk menunggu kepulangan kakaknya. Seminggu Sanda tinggal di rumah itu, namun Randa belum pulang juga. Ia menemui Pak Karno menanyakan keberdaan kakaknya, Pak Karno hanya menceritakan bahwa Randa pergi entah kemana.
          Karena usaha yang harus ia jalankan akhirnya Sanda kembali ke rumahnya. Ia telah menitpkan sebuah pesan pada Pak Karno jika kakaknya itu kembali.
Ia menunggu kabar dari Pak Karno, setelah sebulan barulah Pak Karno memberikan kabar bahwa kakaknya telah kembali.
Dengan tergesa-gesa Sanda berangkat ke kampung halamannya, sesampainya di sana kembali ia tidak menemukan kakaknya. Ia kembali menemui Pak Karno, sebelum Sanda menjelaskan Pak Karno mengajaknya menuju sebuah pusat perkotaan, ia bingung mengapa ia di bawah ke sini. Namun kebingungan tersebut tidak ia ungkapkan pada Pak Karno.
 Ketika mereka sampai di depan sebuah rumah yang megah mereka sangat takjub dengan keindahan dan kerindangan rumah tersebut. Saat mata Sanda tidak sengaja mebaca sebuah papan nama ia terkejut ia berpikir apakah rumah ini milik kakaknya. Ia sangat tidak percaya. Ternyata usaha kakaknya tidak sia-sia. Mereka memasuki pekarangan rumah tersebut, dan sebuah senyuman menyambutnya. Senyuman tersebut berasal dari seseorang yang Sanda ingin temui. Mereka berdua larut dalam kebahagiaan.
☺☺☺

jangan lupa dikomen ya, untuk perbaikan ke depannya.

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: