cerpen
0
hallooo, kali ini saya akan memposting
sebuah cerpen karya saya sendiri berjudul "Dua
Saudara". cerpen ini saya buat sewaktu sma kelas 3 sebagai bagian dari
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. jadi kangen dengan masa sma, sama
teman" dan guru". sewaktu ditugaskan membuat cerpen oleh ibu Iis guru
bahasa indonesia kami, saya bingung mau buat cerpen bertemakan apa. awalnya
pengen nulis bertemakan percintaan, namun saat itu saya tidak mempunyai ide dan
saya pikir teman yang lainnya banyak yang memilih tema tersebut. akhirnya saya
memilih tema kekeluargaan. inilah pertama kalinya saya membuat cerpen, awalnya
susah karena tak tahu harus menulis apa, baru 2 paragraf aja sudah kehabisan
kata", tapi akhirnya cerpen ini pun selesai meski yaa.. menurut saya
kurang bagus. hehe *ngga percaya diri nih*
yaa udah silahkan baca cerpennya, tapi jangan
ngantuk bacanya ya. hihihi. selamat membaca ..... J
Disuatu desa di pinggir
sungai, ada 2 orang kakak beradik yang tinggal di
sana, kakak yang pertama bernama Randa dan yang kedua bernama Sanda . Kedua adik
kakak itu sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan, Randa mempunyai semangat
dan ambisi yang kuat untuk menggapai tujuannya, serta
memiliki cita-cita yang
tinggi. Sedangkan adiknya Sanda tidak jauh beda dengan kakaknya akan tetapi dia
cepat putus asa. Keduanya sering mengkhayal menjadi orang yang sukses. Mereka
berdua sama-sama cemerlang dan sangat tekun dalam bekerja, yang mereka perlu
hanyalah waktu dan kesempatan mewujudkan impian itu. Saat ini yang mereka
tunggu adalah kesempatan emas agar apa
yang diinginkan dan dicita-citakan segera terwujud dan mereka terus berusaha melakukan yang terbaik. Mereka
ingat ucapan Pak Mahmud “barang siapa yang bersungguh sungguh maka kelak ia
akan berhasil”.
Pada suatu malam Pak Karno membawa kabar gembira, mereka di beri pekerjaan membantu menggarap di sawah. Setiap
menggarap sawah mereka berpikir apakah ada suatu alat untuk memudahkan
menggarap sawah, keduanya terus berpikir dan berpikir. Setiap menggarap sawah mereka diupah dengan
bayaran Rp 1000. Jadi, kalau satu hari mereka biasa menggarap sawah sebanyak 20
maka mereka akan memperoleh penghasilan Rp 20000. Mereka melakukan pekerjaan
tersebut dengan sangat baik. Ketika mereka letih, mereka beristirahat sejenak
di pematangan sawah. Ketika sore, mereka telah meninggalkan tempat tersebut.
Akhirnya
mereka telah menggarap sawah sebanyak 20 dan menerima upah dari Pak Karno.
“ini upah
kalian, kalian telah berusaha dengan baik. Terimakasih” kata Pak Karno
menyerahkan upah mereka pada si kakak.
Randa menerima upah tersebut
dan menghitungnya, ia kemudian bertanya “maaf upah yang bapak berikan lebih”
sambil menyerahkan lebih upah tersebut.
“memang begitulah upah
kalian, kalian telah melakukan dengan sungguh sunguh” senyum Pak Karno.
Sepeninggalan Pak Karno, Sanda bukan main gembiranya "Woouw... Apa yang aku inginkan selama ini akan
segera terwujud!" teriak Sanda gembira.
"kita mendapatkan upah lebih dari yang Pak Karno tawarkan” lanjut Sanda. Namun Randa tidak demikian, Dia tidak begitu yakin kalo
pekerjaannya sekarang dapat menjadikannya orang sukses. Sesampai dirumah Randa
bukan main letihnya seharian ini ia lebih banyak bekerja daripada adiknya itu
Pada pagi harinya Randa masih merasa letih, ia rasanya
ingin libur untuk satu hari ini saja. Randa kemudian memanggil adiknya
menyuruhnya untuk segera ke sawah dan meminta ijinkan kakaknya. Sanda pun
berangkat menemui Pak Karno dan membeitahukan apa yang terjadi pada kakaknya.
Pak Karno mengerti kemudian menyuruh Sanda lekas bekerja.
Sementara Sanda bekerja di
sawah Randa berpikir bagaimana cara agar pekerjaannya tersebut dapat menjadi
lebih mudah. Ia kemudian duduk di depan jendela mengarah keluar. Ketika ia
melihat seorang anak kecil mengayuh sepeda ia kemudian tersenyum mendapatkan
ide. Randa sudah tidak sabar menunggu adiknya itu pulang. Ketika Sanda sudah
muncul dengan tergesa-gesa Randa menemui adiknya dan bercerita bahwa ia
mempunyai ide yang dapat membantu mereka menjadi orang sukses.
“Sanda, kakak punya ide
bagaimana kalau kita membuat alat yang bisa memudahkan kita bekerja ? kita
membuat mesin penggarap sawah ?”
“bagaimana caranya, kita
tidak mampu membeli alatnya ? bukankah telah ada alat seperti itu di perjul belikan di kota ?” tanya Sanda
“betul juga, tapi alat
tersebut masih tidak maksimal. Bagaimana kalau kita menggembangkannya lebih maju
lagi ?”tanya kakak dengan semangat tinggi.
“boleh juga, tapi bagaimana
caranya ?” tanya adik kembali
“untuk sementara kita tetap
bekerja pada Pak Karno untuk mengumpulkan uang, setelah uang tersebut terkumpul
kita ke kota membeli alat-alat yang dibutuhkan. Bagaimana ?”usul kakak
“baiklah, ayo semngat !”
senyum Sanda gembira
Setelah mereka bekerja berbulan bulan akhirnya uang
tersebut berhasil terkumpulkan. Mereka berangkat ke kota pada pagi dan kembali
pada malam harinya. Setiba di rumah mereka tidak langsung bekerja namun mereka
menyusun perlengkapan-perlengkapan yang di butuhkan. Randa kembali melihat
–lihat skema pembuatan mesin yang nantinya ia yakini akan membuat mereka
sukses.
Berhari-hari mereka merakit
mesin tersebut dengan keterampilan dan pengetahuan seadanya, berkali-kali pun
mereka gagal dan harus kembali ke kota membeli perlengkapan.
Dua bulan lamanya mereka berkutat dengan perancangan dan
pembuatan mesin, lambat laut uang mereka menipis. Sanda mengunjungi Pak Karno
meminta pekerjaan, namun sayangnya tidak ada. Mereka terpaksa menunda pembuatan
mesin tersebut , mereka harus mencari pekerjaan agar mesin itu dapat cepat
selesai.
Ketika mereka kembali mendapatkan pekerjaan meskipun dengan
upah yang sedikit, kembali mereka melanjutkan pembuatan mesin itu. Akan tetapi
gagal kembali.
“kapan selesainya ?” keluh
Sanda.
“sabarlah, tinggal sedikit
lagi” kata Randa semangat meskipun dalam hatinya juga merasa pekerjaannya tidak
membuahkan.
“aku sudah muak, lebih baik
kita tidak melakukan ini, ini sungguh menyebalkan” kata Sanda marah dan
beranjak ke kamar.
Randa merasa lelah akhirnya
dia memutuskan untuk beristirahat sambil memikirkan kekurangan dari pembuatan
mesin tersebut. Lambat laun matanya tertutup. Mereka berdua telah tertidur.
Keesokan harinya mereka kembali bekerja seperti biasnya.
Mengenai pembuatan mesin tersebut tidak satupun yang mengetahui selain mereka
berdua. Jika mereka memberitahukannya kepada tetangga maka ia akan dianggap
bodoh, berharap bisa membuat mesin dengan kemapuan dan pangetahuan yang minim.
Para peneliti saja yang memiliki pengetahuan yang tinggi kadang gagal membuat
apa yang ia ingin buat. Tapi hal tersebut tidak membuat semangat Randa memudar,
ia telah bertekat untuk menjadi orang yang sukes. Ia telah membulatkan tekad.
Jika telah begitu, maka ia wajib mewujudkannya. Berbeda dengan Sanda yang
walaupun masih memiliki keyakinan namun lambat laut keyakinan tersebut
berkurang.
Sudah satu tahun setengah berlalu namun mesin tersebut
belum berhasil. Kali ini Sanda benar-benar putus asa, sudah lama ia berusaha namun
sia-sia.
Sampai-sampai kakak beradik
tersebut bertengkar yang membuat Sanda keluar dari rumah tersebut.
Kini Randa tinggal seorang
diri, sebenarnya ia tidak bermaksud seperti itu hanya saja Sanda salah
menafsirkan apa yang kakaknya katakan.
Sanda terus menerus bekerja, ia ingin membuktikan kepada
kakanya bahwa ia juga bisa sukses tanpa harus membuat mesin yang baru. Kerja
keras Sanda ternyata membuahkan hasil, ia telah menjadi orang yang sukses
menjalankan usaha peternakan. Sanda telah memiliki ratusan hewan ternak serta
puluhan pekerja, sedangkan Randa tetap yakin bahwa usahanya tersebut dapat
mebuahkan hasil.
Keadaan Randa diketahui oleh
adiknya, Sanda merasa bersalah telah meninggalkan kakaknya seorang diri, ia
berniat untuk mengunjungi kakaknya itu.
Ketika Sanda sampai di depan rumah yang penuh kenangan
indah bersama kakanya ia meneteskan air mata, ia sangat merindukan kakaknya.
Segera ia berlari memasuki rumah mencari kakaknya namun ia tidak menemukan sosok itu. Sanda
bertanya pada tetangga, namun tetangganya tidak mengetahui keberadaan Randa.
Sanda tidak kuasa lagi menahan tangis ingin rasanya ia bertemu dengan
saudaranya. Ia memutuskan untuk menunggu kepulangan kakaknya. Seminggu Sanda
tinggal di rumah itu, namun Randa belum pulang juga. Ia menemui Pak Karno
menanyakan keberdaan kakaknya, Pak Karno hanya menceritakan bahwa Randa pergi
entah kemana.
Karena usaha yang harus ia jalankan akhirnya Sanda kembali
ke rumahnya. Ia telah menitpkan sebuah pesan pada Pak Karno jika kakaknya itu
kembali.
Ia menunggu kabar dari Pak
Karno, setelah sebulan barulah Pak Karno memberikan kabar bahwa kakaknya telah
kembali.
Dengan tergesa-gesa Sanda
berangkat ke kampung halamannya, sesampainya di sana kembali ia tidak menemukan
kakaknya. Ia kembali menemui Pak Karno, sebelum Sanda menjelaskan Pak Karno
mengajaknya menuju sebuah pusat perkotaan, ia bingung mengapa ia di bawah ke
sini. Namun kebingungan tersebut tidak ia ungkapkan pada Pak Karno.
Ketika mereka sampai di depan sebuah rumah
yang megah mereka sangat takjub dengan keindahan dan kerindangan rumah
tersebut. Saat mata Sanda tidak sengaja mebaca sebuah papan nama ia terkejut ia
berpikir apakah rumah ini milik kakaknya. Ia sangat tidak percaya. Ternyata
usaha kakaknya tidak sia-sia. Mereka memasuki pekarangan rumah tersebut, dan
sebuah senyuman menyambutnya. Senyuman tersebut berasal dari seseorang yang
Sanda ingin temui. Mereka berdua larut dalam kebahagiaan.
☺☺☺
jangan lupa dikomen ya, untuk perbaikan ke depannya.
0 komentar: